Kamis, 06 Desember 2012

SEJARAH FILSAFAT

IMAN VS AKAL
( Sejarah Filsafat)

KATA PENGANTAR
   
    Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan sayang-Nya penulisa dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih perlu banyak perbaikan, untuk itu penulis memohon maaf jika ada penulisan yang salah dalam karya ilmiah ini. Penulis juga tak lupa berterimakasih kepada bapak Prof. Dr. Ahmad. Karena penulis sangat terinspirasi melalui bukunya yang berjudul Filsafat Umum, akal dan hati sejak Thales samapai Capra.
    Akhir kata semoga karya ilmiah ini berguna bagi kita semua.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I         PENDAHULUAN    
                           
BAB II        PEMBAHASAN
    Iman Vs Akal Pada Era FILSAFAT YUNANI KUNO
    Iman Vs Aakl Pada Era FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
    Iman Vs Akal Pada Era FILSAFAT MODERN
    Iman Vs Akal Pada Era FILSAFAT POST MODERN
       
BAB III     KESIMPULAN                               


BAB I
PENDAHULUAN

    Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan sudah semakin berkembang dengan sangat pesat. Banyak hal-hal yang mungkin pada 1000 tahun yang lalu dianggap mustahil tetapi sekarang hal itu bukan hal yang mustahil lagi, contoh: sebuah tumpukan besi yang besar (pesawat terbang) dapat terbang di udara dan waktunya bertahan di udara berjam-jam, padahal yang kita tahu benda yang berat pasti jatuh jika di udara dan tenggelam jika berada di air. Inilah perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi yang sangat menyedihkan bahwa kehidupan di bumi ini tidaklah lebih baik tetapi semakin buruk. Memang disisi lain hidup kita semakin efisien, jika dulu perjalanan dari Yogya- Solo memerlukan waktu berjam-jam jika ditempuh dengan berjalan kaki, atau sekitar 1-2 jam jika ditempuh dengan naik motor, dan sekarang ada lagi kereta Expres Pramex yang dapat menempuh perjalan Yogya-Solo dalam waktu hanya 1 jam, tetapi ada sudut pandang lain yang harus kita perhatikan yaitu bagaimana dampaknya bagi kesehatan manusia dan bagi alam sendiri.
Kesehatan manusia mulai terganggu dengan tercemarnya udara (polusi udara) dan alam mulai terganggu dengan pencemaran alam yang disebabkan oleh pabrik-pabrik industri yang notabene berfungsi untuk menghasilkan sesuatu hal  “yang menunjang kehidupan manusia.” Sungguh sangat ironi, manusia berusaha untuk membuat segala sesuatu untuk kebaikan manusia, kenyamanan manusia, dan  segala hal yang hanya berpusat kepada manusia, manusia, dan manusia, tanpa memikirkan alam ini. Banyak terjadi ketidakharmonisan baik dalam hubungan sesama manusia dan antara manusia dan alam, sehingga apa yang pada awalnya dianggap baik ternyata berdampak negatif bagi kehidupan alam dan tentu itu juga berdampak kepada manusia. Manusia seperti kehilangan hati nuraninya, merasa manusiawi tetapi ternyata tidak manusiawi, itulah kenyataan yang terjadi di masa sekarang. Kita sebagai manusia harus secepatmungkin berbenah diri, dengan demikian kita perlu mencari tahu hakekat hidup ini, supaya kita tidak menjadi tersesat di dunia ini.
Tentu jika berbicara tentang hakekat hidup ini, kta tidak bisa terlepas dari keyakinan kita terhadap adanya Tuhan. Hanya Tuhan yang sanggup memulihkan segala sesuatu, hanya Tuhan yang sanggup membimbing hidup kita. Melalui karya ilmiah ini saya ingin menunjukan pertarungan iman dan akal yang dilihat melalui Sejarah Filsafat. Mengapa ditinjau dari Sejarah Filsafat, karena filsafat adalah ibu dari terbentuknya ilmu-ilmu yang lain (Mother Scientrum). Seperti yang kita tahu bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi sampai sekarang tidak terlepas dari pengaruh filsafat. Apa yang dipikirkan dan yang dipercayai seorang manusia tentu itulah yang mempengaruhi perbuatannya, entah itu baik entah itu jahat. Apa yang dipikrkan berarti berhubungan dengan rasio yang adalah akal, dan apa yang dipercayai berhubungan dengan iman atau keyakinan atau kepercayaan, tentu ini berhubungan dengan hati (spirituality). Untuk itu saya mengambil judul untuk karya ilmiah saya ini adalah “Iman VS Akal Ditinjau Melalui Sejarah Filsafat.”

    Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Karya Ilmiah ini untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan “iman” dan “akal” yang ditinjau melalui Sejarah Filsafat, yaitu:

    Bagaimana Iman dan Akal pada Zaman Filsafat Yunani Kuno.
    Bagaimana Iman dan Akal pada Zaman Filsafat Abad Pertengahan.
    Bagaimana Iman dan Akal pada Zaman Filsafat Modern.
    Bagaimana Iman dan Akal pada Zaman Filsafat Post Modern.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Iman Vs Akal Pada Zaman Filsafat Yunani Kuno

    Filsafat Yunani kuno dimulai pada abad ke-6 SM, hal ini terjadi karena pada zaman ini bangsa Yunani terlebih khusus di daerah Athena melakukan revolusi politik bahwa setiap rakyat Athena memiliki persamaan hak dan kewajiban politik yang sama tanpa memandang status. Hal inilah yang membuat Athena menjadi demokrasi, kemungkinan hal inilah yang memicu munculnya pemikiran-pemikiran yang bebas untuk mencari kebenaran yang hakiki tentang alam semesta. Dan pada zaman ini di Yunani banyak mitos-mitos dan kepercayaan tentang takhayul-takhayul, sehingga muncul para pemikir yang mencari kebenaran yang hakiki dari mitos dan takhayul. Dengan demikian lahirlah  filsafat Yunani.
1. Pra Socrates. Pada masa ini, para filsuf mencari penjelasan tentang alam semesta, sehingga filsafatnya disebut filsafat alam. Berikut ini adalah beberapa tokoh filsafat dan mashabnya yang berada pada kurun waktu yang disebut Pra Socrates ini.
 a. Mazhab Miletos
Nama Miletos diambil dari nama tempat munculnya mazhab ini, yaitu kota Miletos yang terletak di Asia Minor (Asia kecil) yang merupakan bagian dari Ionia, salah satu kota bagian Yunani yang mengalami kemajuan pesat dimulai sejak 700 SM.
Di Miletos inilah lahir filsuf-filsuf Yunani yang pertama yaitu Thales,Anaximandros, dan Anaximenes. Ketiga filsuf ini memiliki pemikiran untuk mencari prinsip dasar (arche) dari segala sesuatu.
b. Thales (625-545).Dikalangan orang Yunani pada waktu itu ia dikenal sebagai salah satu seorang dari hoi hepta sophoi, Tujuh Orang yang Bijaksana atau The Seven Wise Men, atau al-Hukama’ al-Sab’ah. Mereka terkkenal dengan petuah-petuahnya yang pendek-pendek, seperti “kenalilah dirimu”, “ingat akhirnya”, “jangan berlebih-lebihan (meden agan)”, dan sebagainya. Aristoteles yang memberikan gelar kepadanya sebagai filsuf yang pertama.
            Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Thales berpendapat bahwa asal mula prinsip dasar (dalam bahasa yunani ‘Arche’) alam adalah air. Air adalah pokok,pangkal, dan  dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada yang jadi, tetapi juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi. Thales juga memiliki pikiran bahwa jagat raya ini memiliki jiwa, yang dinamakan Hyleziosme.
Anaximandros (610-540 SM). Menurut Anaximandros, segala sesuatu itu berasal dari satu dan tidak banyak, juga tidak dapat diamati oleh panca indera. Sehingga segala sesuatu itu berasal dari to apeiron, yang tak terbatas. Kalau air adalah asal mula dari segalanya, berarti tidak akan ada zat lain yang dapat melawannya, tetapi kenyataanya air berlawanan dengan api. Dengan demikian Anaximandros mengkritik teori dari Thales yang adalah gurunya sendiri. Berdasarkan pandangannya itu, ia mengatakan bahwa dari to apeiron itulah berasal hal-hal yang saling berlawanan. Jadi secara tidak langsung Anaximandros sudah menyadari tentang adanya keberadaan Tuhan yang adalah awal dari semuanya.
    Mengenai terjadinya bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada aawalnya bumi diliputi air semata-mata (Bandingkan dengan Al-kitab, kitab Kejadian pasal 1 ayat 1-6). Sehubungan dengan pandangannya ini, Anaximandros menyatakan bahwa tidak mungkin manusia menjadi makhluk hidup pertama yang hidup di bumi melainkan ikan.
Anaximenes. Anaximenes hidup pada tahun 585-528 SM, Anaximandros adalah gurunya. Setelah kematian Anaximandros, Anaximenes berperan sebagai penggantinya. Anaximenes memiliki pandangan bahwa udara adalah arche dari segala sesuatu karena menurut Anaximenes udara terdapat di mana-mana, dan udara selalu bergerak terus-menerus tanpa berhenti, dan udara adalah unsur kehidupan. Melalui pandangannya ini, maka timbullah pemikiran yang lebih lanjut mengenai jiwa, menurutnya “jiwa itu serupa dengan udara.” Jika manusia tidak memiliki udara maka manusia mati, dan jika udara tidak ada di dunia ini, maka hancurlah alam ini, dengan demikian alam dan manusia pada dasarnya satu rupa, alam sebagai makro cosmos dan manusia sebagai mikro kosmos. Kosmos sendiri artinya adalah alam yang teratur, dan istilah chaos dalam arti alam yang kacau balau.

c. Pythagoras
Kalau mendengar Pythagoras pasti yang teringat adalah rumus untuk mencari sisi miring suatu segitiga siku-siku dengan persamaan “a^2+b^2=c^2” yang terkenal dengan nama teorema Pythagoras. Pythagoras hidup pada tahun 580-500 SM, Pythagoras lahir di Samos, namun pada tahun 529 SM ia bermigrasi ke selatan Italia di daerah koloni Grik. Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani, karena keterkaitannya dengan bilangan atau angka maka ia berpendapat bahwa arche dari segala sesuatu adalah angka “Number is the principle of all being.” Segala fenomena  dapat dinyatakan melalui bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Menurut legenda Phytagoras dibunuh oleh murid-muridnya, karena dia tidak sanggup membantah bukti yang diajukan oleh Hippasus_yang adalah muridnya sendiri_mengenai hipotenusa (sisi miring) segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-sikunya masing-masing 1 adalah bilangan irasional.
d. Heraklitos
Pada masa yang sama, muncullah Heraklitos. Ia hidup pada tahun 540-480 SM dan dilahirkan di Epheos. Ia memiliki watak yang keras, tidak mengenal kompromi dan sangat bebas mengemukaan pendapatnya menentang demokrasi, ia mencela orang-orang terkemuka pada saat itu, salah satunya adalah Pythagoras. Dengan demikian ia tidak menerima pendapat filsuf-filsuf sebelumnya, ia memiliki pandangan sendiri mengenai filsafat. Ia lebih tertarik untuk mempelajari masalah perubahan-perubahan yang terjadi pada alam. Heraklitos berpendapat bahwa tidak satu pun di alam ini yang bersifat tetap atau permanen, melainkan ada perubahan.
Perkataannya yang terkenal yaitu, panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap." “engkau tidak bisa turun dua kali ke dalam sungai sama,’’ dan  ”Matahari adalah baru setiap hari.”
    Ia juga berpendapat bahwa api adalah elemen utama dari segala sesuatu yang timbul, tetapi pendapatnya ini berbeda dari apa yang di utarakan oleh Thales. Bagi Thales api adalah arche, sedangkan bagi Heraklitos api hanya elemen yang menimbulkan perubahan.
e. Mashab Elea
Parmenides. Permindes adalah seorang ahli politik, dan dia inilah yang menentang filsafat Heraklitos tentang segala sesuatu berubah. Bagi Permindes yang lahir pada tahun 540 SM, yang realitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, dan tidak berubah (tetap), tidak tergoyahkan, tidak dapat disangkal, meliputi segala sesuatu. Ia berasal dari Elea, Italia Selatan, ia meninggal pada tahun 470 SM. Menurut Permindes ‘yang ada’ adalah sesuatu yang dapat dikatakan jadi ‘yang ada’ disamakan dengan pemikiran atau akal budi.
Zeno. Zeno adalah murid dari Parmenides, ia hidup tahun 490 SM. Zeno ingin membuktikan teori gurunya bahwa gerak tidaklah ada, ini terbukti dengan percobaan berikut, pada anak panah yang dilepaskan dari busurnya, tidaklah mungkin 1 benda dapat berada dalam dua tempat atau lebih dalam suatu saat, maka dapat disimpulkan bahwa anak panah itu diam. Zeno menyatakan  bahwa subtansi alam itu terdiri dari empat elemen, yaitu: tanah, udara, api, dan air. campuran yang berbeda-beda dari ke empat elemen tersebut akan membentuk segala benda dalam alam ini. Tetapi elemen-elemen ini tidaklah kekal.

Pada masa ini yang sangat terlihat pertentangan dalam berfilsafat adalah filsafat Heraklitos (segala sesuatu berubah) dan ditentang oleh Parmenides (segala sesuatu tetap), dan filsafat Parmenides ini diperkkuat oleh percobaan dari muridnya Zeno. Filsafat masa ini hanya mencari prinsip dasar atau arche segala sesuatu dalam hubungannya dengan alam semesta sehingga filsafat pada masa ini disebut filsafat alam. Filsuf-filsuf pada masa ini memiliki latar belakang sebagai ahli politik, ahli matematika, ahli ukur, dan saudagar. Dalam zaman ini para filsuf hanya mencari kebenaran tentang alam melalui akal mereka, sehingga pada zaman ini akal sepenuhnya menang.

2. Sokrates.
Pada masa ini terjadi perkembangan pemikiran, dengan memusatkan penyelidikan pada manusia. Filsafat alam tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan sehubungan dengan manusia, dengan demikian Sokrates dan beberapa filsuf dari Kaum Sofis yaitu: Protagoras dan Gorgias mulai menempatkan manusia sebagai objek paling penting yang dilupakan oleh filsuf-filsuf alam semesta. Metode yang dipakai oleh Sokrates untuk mencari kebenaran yang absolut adalah melalui satu dialetika dan kemudian metodenya ini dikenal dengan nama Metode Elenchos. Metode ini sering dipakai untuk mencari kebenaran yang hakiki dalam prinsip-prinsip moral. Sokrates disebut-sebut sebagai bapak filsafat moral, dan juga disebut bapak filsafat, karena melalui pemikirannya maka objek penyelidikan filsafat berkembang dengan tidak hanya menyelidiki tentang alam saja. Tercatat bahwa Socrates dihukum mati minum racun karena dituduh merusak generasi muda. Ia menetang kaum sofis yang berpikir bahwa segala sesuatu relatif, socrates memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu memiliki definisi dan tidak hanya bersikap relatif.

Plato dan Aristoteles. Plato adalah murid dari Sokrates, dan Aristoteles adalah murid dari Plato. Plato dan Aristoteles mencari titik temu antara filsafat tentang alam dan filsfat tentang manusia. Plato (429-347 SM), menurut buku-buku yang saya baca, filsafat Plato sangat dipengaruhi oleh gurunya Socrates. Plato memiliki pandangan mengenai idea-idea, idea yang dimaksud adalah citra pokok, dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Plato meneruskan dan menyempurnakan ajaran Sokrates. Dapat disimpulkan bahwa inti filsafat Plato adalah mengenai ideal yang mencakup:
    Idea tentang duniawi memiliki pandangan yang hampir sama dengan Zeno, bahwa segala sesuatu yang di dunia ini fana atau tidak kekal.
    Idea tentang dunia memiliki pandangan yang hampir sama dengan Parmenides, yaitu dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah.
    Inti ajaran Plato adalah mengenai kesusilaan, alam, dan negara.

Aristoteles memiliki pandangan yang berbeda dari gurunya Plato. Dia memiliki cara pandangan dalam menemukan kebenaran melalui pengalaman dan bukan melaui eksperiman-eksperiman. Cara berpikirnya ini disebut deductive reasoning, namun dengan berjalannya waktu ia juga mengakui penggunaan inductive reasoning. Dengan demikian Aristoteles lebih bersikap realistik, sehingga filsafatnya disebut realisme.
 Pada masa Sokrates dan diteruskan oleh muridnya Plato dan Aristoteles, akal masih memegang peranan penting. Semuanya masih disimpulkan melalui pandangan akal saja.

   
B. Iman Vs Akal Pada Zaman Fisafat Abad Pertengahan

    Abad pertengahan  berlangsung selama 1700 tahun yang dimulai pada tahun 100 SM-1600 M. Pada abad ini bangsa-bangsa di Eropa mengalami kebangkitan religi, sehingga agama berkembang dan mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat sampai ke pemerintahan. Agama yang memegang peranan di Eropa pada abad ini adalah Kristen-Gereja. Gereja memiliki peranan yang mendominasi kehidupan masyarakat sampai pemikiran masyarakatpun diatur. Gereja memiliki pandangan bahwa kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan hanya dapat ditentukan oleh gereja, akibatnya ilmu pengetahuan mengalami kemunduran. Ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pada zaman sebelumnya dianggap ajaran yang mengalihkan manusia dari pemikiran keTuhanan, tak jarang banyak cendikiawan yang ditangkap bahkan dibunuh jika membuat teori-teori yang bertentangan dengan ajaran agama. Dengan demikian, semakin nampaklah jurang yang pemisah yang besar antara agama dan ilmu pengetahauan, antara iman dan akal. Dalam perjalanannnya, filsafat juga tidak hanya terbatas pada logika, tetapi semakin membicarakan masalah-masalah ilmu pengetahuan, psikologi, dan metafisika. Abad ini disebut sega Pada Abad ini, muncullah skolastik, karena pada masa ini filsafat diajarkan pada universitas-universitas. Pada masa ini terjadi sinkretasi anatara akal dan wahyu yang adalah dari Tuhan, antara rasio dan agama, dengan kecendrungan mencari kebenaran melalui pertanyaan-pertanyaan filosofis.
Skolastik. Skolastik semula hanya memiliki sefinisi pengajaran di sekolah. Tokoh yang terkenal adalah Joannes Skotus Erigene (810-877). Ada beberapa pandangan dari Joannes mengenai alam. Alam yang pertama ialah alam yang mencipta dan tidak dicipta, yaitu alam tunggal yang berasal dari Tuhan, yang mengatasi rohani dan jasmani, sehingga sepenuhnya tak dapat dipahami. Alam kedua ialah alam yang mencipta tetapi dia sendiri di cipta, ini disebut Logos yang merupakan tempat terdapatnya segala hakekat secara rohani. Alam ketiga ialah alam yang dicipta dan tidak mencipta. Alam yang terakhir adalah Tuhan sendiri, yang tidak mencipta dan tidak dicipta. Melalui pandangannya ini, Joannes dicuriga oleh para pemikir yang tegar kepercayaan dan keagamaannya. Pada abad kesebelas terjadi pertentangan dalam kehidupan teologik-kefilsafatan. Dengan demiklian muncullah Thomas Aquinas yang mengajarkan bahwa kepercayaan dan pemikiran (filsafat) masing-masing mempunyai bidang sendiri-sendiri. Sehingga terbentuk dua pandangan mengenai filsafat dan agama. Pertama, ada pemikir-pemikir yang memandang kepercayaan adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang terpercaya. Kedua, ada pengetahuan yang dapat dibentuk dari pemikiran (dialetika) berdasar pengalaman. Tetapi tetap pada masa ini filsafat mengabdi kepada Theologi. Setelah tahun 1200 M filsafat berkembang kembali berkkat filsafat Arab yang masuk ke Eropa.
Zaman Keemasan Skolastik. Disebut keemasan karena adanya universitas-universitas, sehingga karangan-karangan dari filsuf-filsuf Zaman Yunani Kuno mulai dikenal. Tokoh-tokoh pada masa ini adalah Plotinus, Agustinus, Anselmus, Albertus Magnus dan Tomas Aquinus. Pada masa terdapat aliran-aliran yaitu Neo-Platonis, Empirisme (pengaruh Aristoteles), Positivistis, dan Konseptualistis. Neo-Platonis, adalah ajaran Platinos yang memiliki dasar obyektivitas dualisme dari Plato, yaitu mengenai dunia yang dapat diamati dan ada juga dunia yang tidak dapat diamati, yaitu dunia idea, dunia ‘ada’ yang sejati (bandingkan dengan Al-kitab, kitab 2 Korintus 4:18). Platinos memandang awal dari segala sesuatu adalah dari “Yang ilahi.” Platinos juga membagi manusia dalam tiga substansi, yaitu: roh (nous), jiwa (psukhe) dan tubuh (soma). Tujuan filsafat Plotinus adalah untuk mencapai kebersatuan dengan Tuhan. Empirisme adalah ajaran yang dipengaruhi ajaran-ajaran Aristoteles, yaitu kebenaran berdasarkan pengalaman. Positivistis adalah pandangan yang menyatakan yang benar dan konkrit adalah yang sesuai fakta, dapat dilihat, dan diraba. Tokoh positivistis adalah Duns-Scotus (1270-1308). Konseptualistis adalah pandangan yang menyatakan yang benar adalah yang sesuai dengan kenyataan. Pada zaman abad pertengahan iman memegang peranan penting, kepercayaan kepada Tuhanlah yang menjadi dasar kehidupan waktu itu.
   
Zaman Peralihan. Zaman ini lebih dikenal dengan nama Zaman Renaissance, pada masa ini terjadi pertentangan besar antara tradisi dan keinginan untuk mengalami kemajuan. Persoalan terbesar adalah mengenai hubungan ilmu pengetahuan dengan kepercayaan atau agama. Copernicus (1473-1543) adalah orang yang menjungkirbalikkan konsep ilmiah dan ajaran agama sebelumnya dengan perkataannya yang fenomenal yaitu dalam pemikiran manusia, ia juga “menghentikan matahari dan menggerakkan bumi.” Menurutnya bumilah yang bergerak mengelilingi matahari, pandangan ini jelas bertolak belakang dari pandangan gereja pada waktu itu, tetapi seiring dengan berjalan waktu pandangan ini terbukti benar, sehingga Copernicus dikenal sebagai Bapak Astronomi Modern. Tokoh-tokoh zaman peralihan yang lain adalah Nicolas Cusanus (1401-1464) seorang Platonis, Giordano Bruno (1548-1600). Tentang perkembangan ilmu alam dan filsafat alam, tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci (1452-1519), Paracelsus, Keppler, Galilei (1564-1642). Skolastis Gapreelus, Ferera, Cayetanus, De Soto, Molina, Suarez, Rob, Bellarminus. Tentang hukum dan negara, tokoh-tokohnya adalah Machiavelli (1467-1527) dan Hugo de Groot (1583-1645).

C. Iman Vs Akal Pada Zaman Fisafat Modern

Zaman ini dikenal dengan zaman Empirisme dan Rationalisme. Dimulai dari tahun 1550-1770. Pada zaman modern segala segi dari kehidupan yang nampak menjadi sasaran penyelidikan. Zaman ini berawal dari Rene Descrates dengan filsafat rasionalisme.
Rasionalisme. Tokoh Rasionalisme yang pertama adalah Rene Descartes. Pandangannya adalah “Aku berpikir, jika aku ada” (cogito ergo sum). Semua pemikirannya bersifat rasionalistis dan sangat matematis dalam metodenya. Pemikiran-pemikiran Descartes sangatlah sulit dipahami karena bersifat rasional sehingga cenderung mengabaikan Tuhan. Tokoh-tokoh rasionalisme setelah Descartes adalah Nicolas Malerbrance (1638-1775) yang menyatakan bahwa Allah bekerja sebagai penyebab menurut hukum-hukum tetap yang telah ditentukan satu kali untuk selamanya. De spinoza (1632-1677) yang menyatakan bahwa satu substansi memiliki ciri-ciri yang tak terhingga, namun kita hanya mengenal dua ciri yang keduanya berada pada manusia secara bersama-sama yaitu pemikiran (jiwa) dan keluasan (tubuh). Leibniz (1646-1716) dia berpendapat bahwa substansi itu jumlahnya tidak terhingga. Chritian Wolff (1679-1754), ialah yang menyadur filsafat Leibniz serta menyusunnya menjadi satu sistem, sehingga melalui Wolff inilah rasionalisme merajalela di semua universitas. Menurut filsafat Rasionalisme, akal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar dapat diperoleh dan diukur dengan akal. Blaise Pascal (1623-1662) memiliki pandangan yang berbeda dari Descartes, menurutnya manusia adalah misteri yang tidak dapat diselami sampai dasarnya. Pascal menyatakan bahwa ada yang lebih penting dari rasio yaitu hati, rasio hanya menghasilkan pengetahuan yang dingin, sedangkan hati memberikan pengetahuan di mana cinta juga mempunyai peranan, untuk mempelajari ilmu pasti kita menggunakan rasio tetapi untuk mancapai kebenaran-kebenaran yang lebih tinggi yaitu tentan Tuhan Allah kita menggunakan hati.

Empirisme. Filsafat ini lebih menekankan bahwa sumber utama pengenalan adalah melalui pengalaman yang terjadi secara lahiriah maupun pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia saja. Perintis jalan empirisme adalah Francis Bacon (1561-1626). Tokoh berikutnya adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Hobbes menolak tradisi skolastik dalam filsafat dan berusaha menerapkan konsep mekanik dari alam fisika untuk mencari kebenaran tentang manusia. Ada beberapa filsafat yang dianut Hobbes antara lain Materialisme, Mekanisme, dan Determinisme. Materialisme: segala sesuatu yang ada bersifat bendawi. Mekanisme atau Proses: perubahan terjadi karena ada kegiatan yang saling berkaitan dalam perjalanan waktu. Determinisme: keadaan hidup dan perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik yang ada bahkan kepercayaan atau agama. Tokoh-tokoh filsafat empirisme yang lain adalah Jhon Locke (1632-1704), George Barkeley (1685-1753), dan David Hume (1711-1776).
Pada Zaman ini akal masih memegang peranan penting. Tetapi muncullah Immanuel Kant dan melakukan kritik terhadap filsafat sebelumnya.

Immanuel Kant. Kant melakukan kritik terhadap filsafat rasionalisme dan empirisme. Filsafat kant disebut kritisisme. Dalam filsafatnya Kant bermaksud merubah sifat obyektivitas dunia dan ilmu pengetahuan, ia bermaksud agar orang dapat menghindarkan diri dari sifat sepihak kepada rasionalisme dan dari sifat sepihak empirisme. Menurutnya berpikir harus  mempergunakan putusan-putusan  a priori yang bersifat sintesis. Menurut Kant, filsafat adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalam empat persoalan, yaitu:
    Apa yang dapat diketahui? Jawab : Metafisika
    Apa yang seharusnya diketahui? Jawab: Etika
    Sampai dimana harapan kita? Jawab: Agama
    Apa itu manusia? Jawab : Antropologi

Di dalam bagian terakhir dari filsafatnya yang teoritis Kant membicarakan tentang Allah, hal ini membuktikan adanya desakan batin yang mengarah kepada Allah.


D. Iman Vs Akal Pada Zaman Fisafat Post Modern

Zaman ini dimulai dengan adanya filsafat positivisme oleh August Comte (1798-1857). Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Dari sinilah kemajuan sains terjadi, kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur, demikian pandanagan positivisme. Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu: zaman teologis, zaman metafisis, zaman ilmiah atau zaman positivisme. Zaman Teologis, orang mengarahkan rohnya kepada hakekat batiniah segala sesuatu kepada sebab pertama atau tujuan terakhir segala sesuatu. Zaman Metafisis, perubahan dari zaman sebelumnya dengan mengantikan kekuatan yang adikodrati dengan kekuatan yang bersifat umum, yang disebut alam sebagai asal dari segala  penampakan. Zaman positivisme, yaitu zaman dimana tiada gunanya berusaha untuk mancapai pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis, maupun pengenalan metafisis, melainkan menyusun dan mengatur segala gejala yang terjadi dalam satu fakta yang umum saja.
Melalui pemikiran Comte itulah, maka diapun menerapkannya dalam pennggolongan ilmu pengetahuan, dimana ia berpendapat bahwa pengaturan ilmu pengetahuan harus disesuaikan dengan pembagian kawasan-kawasan gejala atau penampakan-penampakan yang dipelajari ilmu itu. Melalui pemikiran inilah maka ilmu-ilmu pengetahuan mengalami pengelompokan yang kita tahu dan menjadi pelaku-pelaku didalamnya. Semakin hari semakin majemuknya pemikiran-pemikiran manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan, dan inipun berdampak pada bertambahnya aliran-aliran dalam filsafat. Seperti yang saya tahu filsafat adalah ibu dari ilmu pengetahuan, dan pengetahuan itu berkembang melaui proses berfilsafat. Ilmu pengetahuan memang baik bagi perkembangan manusia tetapi setiap pelaku-pelaku ilmu itu  seperti kehilangan orientasi yang sesungguhnya yaitu Tuhan, kita sebagai manusia harus menyadari bahwa kita semua yang ada dalam dunia memerlukan “Yang Tak Terbatas” itu.
Pada zaman ini tentu sangat jelas terlihat bahwa manusia sudah meninggalkan iman dan hanya menggunakan akal, dan akal itupun tidak digunakan lagi untuk mencari kebenaran yang hakiki tetapi lebih kepada pengembangan ilmu pengetahuan semata. Sungguh pada masa ini iman sudah jarang digunakan bahkan sampai sekarang. Akibatnya yang terjadi seperti yang saya samapaikan pada latarbelakang penulisan karya ilmiah ini yaitu manusia merasa bersikap manusiawi tetapi tidak manusiawi.

BAB III
KESIMPULAN

Hakekat sebenarnya adalah Tuhan itu sendiri, terbukti banyak filsuf-filsuf yang mengakui keberadaan Tuhan, dan salah satu contohnya adalah Kant. Pada awalnya manusia berfilsafat mencari awal dari segalanya dan kemudian berkembang sampai sekarang tetapi tidak jarang manusia yang kehilangan orientasinya kepada Tuhan yang adalah hakekat dari semuanya. Ilmu pengetahuan itu baik adanya tetapi manusia lupa kepada Tuhan yang adalah pemilik dari semuanya, sehingga pada akhirnya manusia hanya berkutat dalam penyelesaian masalah yang terjadi akibat perbuatannya sendiri. Kita semua memerlukan Tuhan, Dialah yang sanggup memulihkan segala sesuatu. Janganlah kita hanya berpegang pada akal saja tetapi kita juga harus berpegang pada Iman kita juga kepada Tuhan. Harus ada keseimbangan antara iman dan akal. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, (Jakarta: Lambaga Alkitab Indonesia, 1996)
Delfgaauw Bernard,penerjemah soejono Soemargono, sejarah ringkas Filsafat Barat, (Yogyakarta : Tiara Kencana, 1992)
Hadiwijoyono Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogjakarta : Yayasan Kanisius 1980)
__________, jilid 2

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah filsafat, diakses 8 Oktober 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus
Praja Juhaya S, Aliran-aliran Filsafat & Etika, (Jakarta: Kencana, 2003)

Salam Burhanuddin, Pengantar Filsafat, (Jakarta : PT. Bumi aksara, 2005)